Sejarah Kubah Masjid

Sejarah Kubah Masjid, Asal Usul, dan Perkembangannya

Sejarah Kubah Masjid: Dari Bangsa Romawi Hingga Kekaisaran Ottoman

Masjid adalah tempat suci yang digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia untuk beribadah, salah satunya adalah shalat. Salah satu ciri khas yang melekat pada masjid adalah adanya kubah yang mempercantik bangunan masjid itu sendiri.

Secara umum, kubah masjid memiliki bentuk yang serupa di berbagai wilayah dan negara di dunia. Dengan ukuran setengah lingkaran dan menara di atasnya, kubah masjid telah menjadi ciri khas yang mengidentifikasi masjid.

Sebenarnya, sejarah kubah masjid tidak berasal dari masyarakat atau arsitek Islam. Oleh karena itu, agama Islam tidak memberikan detail tentang bentuk atau ornamen kubah masjid.

Pertama kali, kubah masjid dibangun oleh bangsa Romawi sekitar tahun 100 Masehi. Pada awalnya, kubah digunakan sebagai struktur penyangga di rumah mereka. Namun, bangsa Romawi kemudian menemukan konsep dan ide pembangunan kubah yang spektakuler. Pada masa itu, kubah digunakan dalam kuil agung mereka.

Sebagai contoh, kubah di daerah Istanbul, Turki, dan Hagia Irene merupakan gereja yang menggunakan kubah dengan arsitektur Byzantium. Sedangkan di Roma, Italia, bangunan awal yang dikenal sebagai Pantheon menggunakan atap kubah beton. Bangunan ini awalnya dibangun sebagai kuil untuk pemujaan Dewa Romawi pada tahun 21 Masehi, dan konstruksi kubah berkembang selama Kekaisaran Byzantium di abad ke-4.

Kekaisaran Byzantium, juga dikenal sebagai Kekaisaran Romawi Timur, merupakan penerus Kekaisaran Romawi. Kekaisaran ini menggunakan bahasa Yunani dan menganut agama Kristen Ortodoks. Di bawah kepemimpinan Justinianus Agung, kekaisaran ini berkembang hingga wilayah Byzantium yang meliputi Turki. Pada saat itu, Istanbul, yang sekarang dikenal sebagai Konstantinopel, menjadi ibu kota kekaisaran.

Konstruksi kubah ini kemudian dibawa oleh bangsa Romawi dan dikembangkan oleh para arsitek pada masa Byzantium. Salah satu teknik yang berhasil dikembangkan adalah teknik pendentive, yaitu teknik menggabungkan beberapa kubah untuk menciptakan ruangan yang luas.

Teknik ini kemudian diterapkan pada tahun 532 di gereja megah yang terkenal, Hagia Sophia, serta gereja lainnya seperti Hagia Irene di Istanbul dan Basilika Santo Markus di Venesia, Italia.

Dari negara-negara tersebut, konsep kubah masjid akhirnya sampai ke negara Arab. Pengembangan kubah terus dilakukan dan menyebar ke seluruh dunia. Pada tahun 1453, Konstantinopel jatuh ke tangan Kesultanan Islam Ottoman di bawah kepemimpinan Sultan Mehmed II. Sejak saat itu, mayoritas bangunan yang dibangun mengadopsi teknik pendentive.

Salah satu arsitek terkenal yang menggunakan teknik ini adalah Mimar Sinan. Ia adalah arsitek kebanggaan dan favorit sultan yang membangun banyak masjid, termasuk Masjid Sรผleymaniye pada tahun 1550. Masjid ini terinspirasi oleh Masjid Biru (Sultan Ahmed Mosque).

Perkembangan Kubah Masjid: Dari Arab ke Eropa

Perkembangan dan sejarah kubah masjid mengikuti perubahan bentuk dan adat istiadat masyarakat setempat. Kata “kubah” sendiri berasal dari bahasa Latin “domus”, yang berarti rumah. Di Indonesia, istilah “kubah” diadopsi dari bahasa Suriah, yaitu “qubba”, yang popular di negara Arab.

Perkembangan kubah masjid pertama kali terjadi dalam sejarah Islam di Yerusalem, Palestina, antara tahun 685 Masehi hingga 691 Masehi oleh Khalifah Abdul Malik bin Marwan dari Dinasti Umayyah. Masjid yang dibangun dikenal dengan nama Masjid Qubbat as-Sakhrah (Masjid Kubah Batu) atau Dome of the Rock. Pembangunan masjid ini dilakukan setelah Yerusalem berada di bawah kekuasaan Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab.

Masjid ini terletak di kompleks Al-Haram al-Sharif, pusat Kota Yerusalem, dan dibangun setengah abad setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Beberapa tahun kemudian, Masjid Nabawi yang awalnya dibangun oleh Nabi Muhammad SAW pada tahun 622 Masehi (1 Hijriyah) juga mengalami perubahan dan pembangunan kembali dengan bentuk yang lebih megah.

Pada proyek renovasi Masjid Nabawi yang dimulai pada tahun 88 Hijriyah hingga 91 Hijriyah, banyak perubahan dilakukan. Misalnya, penambahan empat menara di setiap sisi masjid, peningkatan mihrab, pelapisan dinding masjid dengan marmer, emas, dan mozaik marmer berwarna-warni. Perubahan yang terlihat jelas adalah penambahan kubah di hampir setiap masjid.

Demikianlah sejarah kubah masjid beserta perkembangannya. Hingga saat ini, terjadi inovasi dalam bentuk dan bahan pembuatan kubah masjid. Kubah terus berkembang seiring dengan waktu dan akan terus mengalami perubahan.

Butuh ๐—ž๐—ผ๐—ป๐˜๐—ฟ๐—ฎ๐—ธ๐˜๐—ผ๐—ฟ ๐—ž๐˜‚๐—ฏ๐—ฎ๐—ต ๐— ๐—ฎ๐˜€๐—ท๐—ถ๐—ฑ terpercaya, profesional, berpengalaman dan bergaransi 20 tahun !!?? segera hubungi Hubungiย ย (Cahyo Handriadi). Dapatkan penawaran harga menarik dan ๐Š๐Ž๐๐’๐”๐‹๐“๐€๐’๐ˆ ๐†๐‘๐€๐“๐ˆ๐’!